Uzone.id — Salah satu pendiri WhatsApp Brian Acton tampaknya masih keukeuh mengimbau orang-orang agar menghapus akun Facebook mereka. Hal ini sudah pernah ia lakukan sebelumnya pada 2018 dan ternyata masih bergulir sampai sekarang.
Acton beberapa hari lalu diundang sebagai pembicara di salah satu kampus ternama di Amerika, Stanford University. Acara itu bertajuk Computer Science 181 yang berisi para mahasiswa yang mengemban pendidikan S1.
Setelah berbicara tentang sektor teknologi dan kewirausahaan, Acton berbagi cerita tentang keputusannya untuk menjual WhatsApp ke Facebook pada 2014, lengkap dengan alasannya meninggalkan perusahaan besutan Mark Zuckerberg.
Dari situ, Acton menyambung ke pembahasan mengenai hubungan korporasi antara perusahaan-perusahaan teknologi seperti Apple dan Facebook, serta negara asing seperti China. Tujuannya, untuk memberi gambaran mengenai ‘bahaya’ dari betapa kuatnya perusahaan teknologi sejenis Facebook.
Apple, contohnya, telah menyetujui untuk mengikuti permintaan pemerintah China agar menyimpan data pengguna di server data lokal di sana.
“Saya pikir banyak keputusan dari perusahaan sejenis dibuat secara semena-mena dan labil”, ucap Acton.
Kemudian Acton menyambung soal moderasi konten. Menurutnya, Google, Apple, dan Twitter masih berjuang untuk mengidentifikasi apa itu ujaran kebencian (hate speech) dan konten apa yang bukan tergolong ujaran kebencian.
“Apple masih berjuang untuk menentukan aplikasi apa yang bagus, aplikasi mana yang buruk. Google berjuang untuk menentukan situs apa yang baik, situs apa yang buruk. Perusahaan-perusahaan ini gak punya kemampuan untuk membuat keputusan itu”, ujar Acton.
Dia melanjutkan, “kita memberi mereka kekuasaan. Ini adalah hal buruk. Kita membeli produk mereka, mendaftarkan diri di situsnya. Hapus Facebook, oke?”
WhatsApp yang kini telah berada di bawah naungan Facebook awalnya didirikan oleh Acton dan mitranya, Jan Koum. Ketika WhatsApp diakuisisi Facebook sebesar US$16 miliar pada 2014, tentu Acton dan Koum langsung kaya mendadak.
Acton memutuskan untuk hengkang dari perusahaan pada awal 2018 dan mengurus perusahaan barunya. Sementara Koum sampai sekarang masih memimpin WhatsApp.
Imbauan Acton ini berangkat dari skandal bocornya data puluhan juta user Facebook pada awal 2018 yang melibatkan Cambridge Analytica, perusahaan analisis politik di Inggris yang membantu kampanye Donald Trump saat berebut kursi presiden Amerika Serikat pada 2016.